Alif Ilmu- Alam dibumi dimana tempat kita berpijak ini, kini tengah sakit. Sakitnya alam ini merupakan pengaruh dari adanya perubahan iklim. Dan sebaliknya, iklim dibumi ini pun bisa berubah karena adanya pengaruh alam. Jadi, keduanya saling keterkaitan.
Dewasa ini, tak sedikit oknum-oknum yang tak bertanggung jawab dengan seenaknya mengeksploitasi alam secara berlebihan. Hutan-hutan yang awalnya tampak hijau nan asri, lebat di tumbuhi oleh berbagai macam tumbuhan, mulai dari rerumputan hingga pohon-pohon besar yang menjulang tinggi yang merupakan salah satu penangkal terjadinya perubahan iklim, kini berubah bagaikan tanah lapang yang gersang tanda musnahnya suatu kehidupan.
Gedung-gedung pencakar langit, asap-asap kendaraan bermotor, serta industri-industri, khususnya industri peternakan yang merupakan penyumbang emisi gas rumah kaca terbesar, kini bagaikan bakteri yang perlahan menggerogoti iklim di bumi ini.
Akibat dari semua itu, lapisan ozon dibumi ini pun lambat laun terkikis habis. Dan akhirnya, perubahan iklimlah yang terjadi. Iklimpun jadi sakit, alampun ikut terjangkit.
Namun, bukan berarti dibumi ini tidak boleh ada gedung, kendaraan bermotor ataupun industri, karena di zaman sekarang ini, semua itu sudah merupakan suatu kebutuhan. Akan tetapi, bagaimana caranya mensiasati semua itu guna mengurangi dampak negatifnya terhadap iklim dan alam di bumi ini. Misalnya dengan melakukan mitigasi bencana, seperti membatasi proyek pembangunan gedung maupun industri, khususnya di kawasan hijau seperti pegunungan, yang merupakan bagian penting dalam konservasi alam.
Perubahan iklim ini menyebabkan terjadinya pemanasan global atau iklim ekstrim. Terjadinya pemanasan global atau iklim ekstrim ini sangat berdampak buruk sekali terhadap konservasi alam, misalnya saja, terjadinya kekeringan yang berkepanjangan, mencairnya es dikutub, penyebaran wabah penyakit berbahaya, banjir bandang, serta terjadinya badai besar, dan berbagai hal merugikan lainnya yang memang berpengaruh sekali terhadap kelestarian alam ini.
“Lestari alamku, lestari desaku…”. Sungguh sangat miris sekali jika membaca potongan lirik lagu ini. Mari kita bayangkan, apakah mungkin dimasa yang akan datang alam ini masih lestari? Sedangkan jika kita lihat kondisi alam ini sekarang saja, sudah seperti ini keadaannya. Dan akankah masih ada desa dimasa yang akan datang? Desa yang indah nan asri, di hiasi oleh senyuman kebahagiaan para petani saat memanen sawah dan ladangnya.
Dampak dari perubahan iklim yang mengakibatkan rusaknya konservasi alam ini, tak lain dan tak bukan, sadar maupun tidak, sebagian besar merupakan akibat dari perbuatan kita sendiri, manusia, yang berada pada urutan tertinggi puncak rantai makanan. Makhluk yang teramat mulia yang diberi kelebihan akal pikiran dibandingkan dengan makhluk hidup lainnya.
Jadi, marilah kita jaga, kita cintai alam ini. Karena kita hidup tak mungkin lepas dari alam. Jangan biarkan anak-cucu kita kelak, hanya mengenal hijaunya alam dari buku-buku, internet, ataupun dari cerita kita sendiri, namun kenyataannya, tak pernah merasakan maupun melihatnya secara langsung.
Tag: perubahan iklim, konservasi alam, dampak, kelestarian lingkungan, iklim ekstrim, iklim yang sakit.
Dewasa ini, tak sedikit oknum-oknum yang tak bertanggung jawab dengan seenaknya mengeksploitasi alam secara berlebihan. Hutan-hutan yang awalnya tampak hijau nan asri, lebat di tumbuhi oleh berbagai macam tumbuhan, mulai dari rerumputan hingga pohon-pohon besar yang menjulang tinggi yang merupakan salah satu penangkal terjadinya perubahan iklim, kini berubah bagaikan tanah lapang yang gersang tanda musnahnya suatu kehidupan.
Gedung-gedung pencakar langit, asap-asap kendaraan bermotor, serta industri-industri, khususnya industri peternakan yang merupakan penyumbang emisi gas rumah kaca terbesar, kini bagaikan bakteri yang perlahan menggerogoti iklim di bumi ini.
Akibat dari semua itu, lapisan ozon dibumi ini pun lambat laun terkikis habis. Dan akhirnya, perubahan iklimlah yang terjadi. Iklimpun jadi sakit, alampun ikut terjangkit.
Namun, bukan berarti dibumi ini tidak boleh ada gedung, kendaraan bermotor ataupun industri, karena di zaman sekarang ini, semua itu sudah merupakan suatu kebutuhan. Akan tetapi, bagaimana caranya mensiasati semua itu guna mengurangi dampak negatifnya terhadap iklim dan alam di bumi ini. Misalnya dengan melakukan mitigasi bencana, seperti membatasi proyek pembangunan gedung maupun industri, khususnya di kawasan hijau seperti pegunungan, yang merupakan bagian penting dalam konservasi alam.
Perubahan iklim ini menyebabkan terjadinya pemanasan global atau iklim ekstrim. Terjadinya pemanasan global atau iklim ekstrim ini sangat berdampak buruk sekali terhadap konservasi alam, misalnya saja, terjadinya kekeringan yang berkepanjangan, mencairnya es dikutub, penyebaran wabah penyakit berbahaya, banjir bandang, serta terjadinya badai besar, dan berbagai hal merugikan lainnya yang memang berpengaruh sekali terhadap kelestarian alam ini.
“Lestari alamku, lestari desaku…”. Sungguh sangat miris sekali jika membaca potongan lirik lagu ini. Mari kita bayangkan, apakah mungkin dimasa yang akan datang alam ini masih lestari? Sedangkan jika kita lihat kondisi alam ini sekarang saja, sudah seperti ini keadaannya. Dan akankah masih ada desa dimasa yang akan datang? Desa yang indah nan asri, di hiasi oleh senyuman kebahagiaan para petani saat memanen sawah dan ladangnya.
Dampak dari perubahan iklim yang mengakibatkan rusaknya konservasi alam ini, tak lain dan tak bukan, sadar maupun tidak, sebagian besar merupakan akibat dari perbuatan kita sendiri, manusia, yang berada pada urutan tertinggi puncak rantai makanan. Makhluk yang teramat mulia yang diberi kelebihan akal pikiran dibandingkan dengan makhluk hidup lainnya.
Jadi, marilah kita jaga, kita cintai alam ini. Karena kita hidup tak mungkin lepas dari alam. Jangan biarkan anak-cucu kita kelak, hanya mengenal hijaunya alam dari buku-buku, internet, ataupun dari cerita kita sendiri, namun kenyataannya, tak pernah merasakan maupun melihatnya secara langsung.
Tag: perubahan iklim, konservasi alam, dampak, kelestarian lingkungan, iklim ekstrim, iklim yang sakit.
0 comments:
Post a Comment